Tags

,

Tangga

credit

Aku sedang menikmati suasana malam saat kudengar langkah kaki mendekat. Meski dalam remang lampu yang temaram, tapi wajah mereka masih dapat terlihat dengan jelas. Seorang laki-laki muda dan perempuan paruh baya.

“Ah, aku kangen sekali padamu, hampir saja aku merengkuhmu dalam pelukanku tadi.” Terdengar suara si perempuan berkata dengan nada manja, menggoda.

“Terlebih aku, harus kutahan sekuat tenaga untuk tidak mengecup bibirmu yang selalu tampak mengundang itu.”

“Sekarang kita punya waktu untuk berdua sayang. Yah, meskipun sejenak tapi sementara cukup untuk kita melepaskan rindu, bukan?” Bisa kulihat perempuan itu merangkulkan tangannya ke leher lelaki di hadapannya yang tampaknya lebih muda darinya itu. Terlihat sekali dia mendominasi.

“Semoga saja dia tidak curiga. Ah, malam ini kamu cantik sekali. Sudah kubilang, gaun ini cocok sekali denganmu.” Lelaki muda itu berkata sembari menundukkan kepalanya dan mendekat ke wajah perempuan dengan balutan gaun merah menyala. Gaun itu tampak kontras dengan kulitnya yang putih, tubuhnya yang meski sudah tidak muda lagi masih terlihat sintal.

“Sengaja aku memakai gaun pemberianmu ini. Agar matamu tak berpaling dan hanya melihatku. Bukankah di dalam pesta itu banyak perempuan-perempuan muda dan cantik yang kau undang?”

“Haha, apakah kau cemburu sayang? bagiku mereka tak sebanding denganmu. Aku sudah terlanjur jatuh cinta padamu sejak pertama kali papa mengenalkan padaku dulu.”

“Aku ingat, di Villa ini juga kan? tapi saat itu pesta ulang tahun papamu. Dan ingatkah kamu? tepat di sini, anak tangga ke tujuh di taman ini aku menciummu pertama kali? Sayangnya, kita tidak punya waktu banyak untuk bertemu karena kamu harus terbang ke Amerika meneruskan kuliahmu.”

“Bagaimana aku bisa lupa? malam itu adalah pengalaman pertama bagiku, kau tahu itu.”

~setiap kubercinta dengan pacar rahasiaku.. aku suka kamu suka,

sudah jangan bilang siapa-siapa..~**

“Ups! telepon dari papamu. Sebentar ya.”

“Halo sayang? Oh, aku sedang mencari udara segar sebentar. Apa? mereka sudah datang? oke, aku segera kembali ke dalam. Iya dong sayang, masa sih aku tega membiarkanmu bertemu relasi sendirian. Tidak usah, tidak perlu menyusul. Sebentar lagi aku kembali kok. Ok, love you too.”

“Mesra sekali. Terkadang aku merasa aneh, cemburu pada dia yang tidak seharusnya menjadi rivalku. Ah, kenapa aku tidak bertemu denganmu lebih dulu?”

“Hei hei, kamu tahu pasti perasaanku padamu. Aku mencintaimu, cukup yakini itu saja. Bukankah kamu sendiri yang berkata sanggup menanggung resikonya karena berhubungan denganku yang juga istri papamu?”

Bulshit! mendengar percakapan mereka sedari tadi membuatku muak. Apakah yang seperti itu yang disebut cinta? Oh Tuhan, betapa dunia sudah dipenuhi manusia-manusia gila rupanya. Tapi apalah aku, yang selamanya hanya akan menjadi saksi bisu.

banner-BC#22

~416 kata~

**lagu dari Ratu dengan judul Jangan Bilang Siapa-siapa.

‘Ne..